Linguistik Matematika: Gawat! Masa Depan Pendidikan Indonesia Krisis Membaca Dalam Hitungan

Oleh : Asri Oktaviana

Gempuran teknologi dengan segala kemudahan akses informasi perlu diimbangi dengan kecerdasan logis agar tidak menjadi peristiwa miris. Seperti berita di atas yang cukup mengelus dada saat melihat bagaimana perilaku oknum masyarakat yang enggan membaca dan memanfaatkan kemudahan fasilitas dengan membuang sampah sembarangan. Selain pada kasus diatas, cukup sering terdengar bahwa Indonesia memiliki minat baca yang rendah, lantas menjadi salah satu faktor menurunnya kecerdasan logis yang dimiliki manusia. Bagaimana penjelasannya? simak berikut ini!

Tentu saja sebagai bekal untuk terjun langsung di kehidupan masyarakat, kecerdasan ikut serta berperan dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Howard Gardner, Seorang psikolog dari Harvard menyebutkan bahwa otak manusia menyimpan sembilan jenis kecerdasan yang disebut dengan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). Kecerdasan majemuk tersebut terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalistik, dan kecerdasan spiritual. Diantara sembilan kecerdasan majemuk tersebut, salah satu kecerdasan yang berperan terhadap hasil belajar adalah kecerdasan logis matematis. Mengapa demikian? 

Kecerdasan logis matematis memiliki komponen seperti berpikir logis, perhitungan matematis, pertimbangan induktif dan deduktif, pemecahan masalah, dan ketajaman pola-pola serta hubungan. Namun kecerdasan logis matematis juga memerlukan kecerdasan lainnya yaitu kemampuan bahasa. Meski terlihat tidak sama antara logika matematika dengan bahasa, namun seseorang yang mengalami kesulitan dalam hal bahasa, maka ia juga akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Selain itu pemahaman bahasa yang baik dapat memudahkan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan soal-soal yang lebih kompleks. 

Melihat tren laporan PISA (Programme for International Student Assessment), Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas masyarakatnya memiliki literasi yang lemah dalam matematika dibandingkan dengan negara lain yang dianggap “maju”. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai PISA selama enam kali keikutsertaan Indonesia. Selama itu, nilai Indonesia rutin selalu di bawah rerata Internasional. PISA merupakan program yang diprakarsai oleh suatu organisasi di Prancis yaitu Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Tes PISA ini mengukur kemampuan literasi bahasa, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun.

Sumber: Herman Anis

Tidak dapat dipungkiri bagaimana kemampuan bahasa turut penting dalam proses pembelajaran matematika. Sejatinya linguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bagaimana bahasa bekerja dan berfungsi. Hubungan linguistik dan matematika sudah dimulai pada aksiomatik Euclid sekitar 300 tahun sebelum masehi dan pada metode deskripsi tata bahasa Panini sekitar 500 tahun sebelum masehi. Baik Euclid maupun Panini dikembangkan lebih lanjut dalam buku fenomenal berjudul Element dan Aṣṭādhyāyī.

Meski sebelumnya, kemampuan bahasa dan matematis dianggap sebagai kompetensi yang saling lepas dan masing-masing dapat dipelajari secara terpisah. Artinya, pemahaman yang berkembang adalah kemampuan bahasa tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kemampuan matematika. Namun, melihat sejarahnya, bagaimana perkembangan literasi matematika sudah dimulai dan dikembangan pada Euclid dan Panini semakin menunjukkan bahwa dua keilmuan yang berbeda ini dapat dikonstruksi dengan hal yang serupa. 

Ini dapat menjadi sebuah solusi untuk mengatasi rendahnya literasi di Indonesia. Malas membaca bukan lagi menjadi sebuah tantangan jika dua keilmuan ini dapat dipraktekkan langsung pada proses pembelajaran. Selain itu dengan mengetahui pentingnya dua keilmuan ini, diharapkan tidak terjadi lagi kejadian-kejadian miris yang menunjukkan literasi dan sikap rendah masyarakat Indonesia. Bagaimana seseorang bersikap menunjukkan bagaimana kecerdasan logis yang dimilikinya. 

Penulis: Asri Oktaviana Ningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *