
Halo, Sobat Pembaca! Pernah dengar kisah mahasiswa S2 yang bisa lulus dalam waktu super singkat? Mungkin terdengar mustahil, apalagi jika rata-rata mahasiswa butuh waktu sampai 3 tahun untuk menyelesaikan studi magisternya. Tapi, ada lho yang berhasil mematahkan stigma itu!
Namanya Felicia Servina Djuang, alumni keren dari Magister Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia berhasil menorehkan prestasi luar biasa dengan menjadi lulusan tercepat program magister pada Wisuda Program Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2025/2026. Bayangkan, Felicia menuntaskan studinya hanya dalam waktu 1 tahun, 1 bulan, 11 hari! Bandingkan dengan rata-rata mahasiswa S2 UGM yang butuh waktu 3 tahun 1 bulan. Penasaran banget kan, apa sih rahasia di balik kecepatan Felicia ini? Yuk, kita bedah bersama!
1. Beasiswa PMDSU: Kunci Utama Percepatan
Ini dia rahasia pertama dan paling krusial dari keberhasilan Felicia: Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program beasiswa ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) dan menawarkan kesempatan emas bagi mahasiswa berprestasi untuk langsung menempuh pendidikan magister dan doktor sekaligus dalam waktu empat tahun. Keren banget, kan?
Dengan skema PMDSU ini, Felicia punya kesempatan langka untuk mengikuti kelas doktoral sambil menyelesaikan tesis magisternya. Jadi, dia bisa “menyelam sambil minum air,” mengerjakan dua jenjang pendidikan sekaligus. Ini jelas memangkas waktu studi secara signifikan dibandingkan jalur normal yang harus menyelesaikan S2 dulu, baru daftar S3.
2. Strategi Belajar Efisien Sejak Awal
Gak cuma mengandalkan beasiswa, Felicia juga punya trik jitu dalam strategi belajarnya. Sejak semester pertama, dia sudah menyiapkan rencana yang matang. Ia mengambil semua kelas wajib untuk memenuhi SKS, sambil di waktu yang sama, sudah mulai mengerjakan tesis! Ini adalah langkah yang sangat cerdas. Kebanyakan mahasiswa baru memulai tesis di semester-semester akhir, tapi Felicia memilih untuk “start early.”
“Jadi, sejak semester satu saya mengambil kelas wajib untuk memenuhi SKS sambil mulai mengerjakan tesis. Dengan begitu, keduanya bisa selesai dalam dua semester,” ujarnya.
Selain itu, lingkungan fakultas Felicia yang positif dan dosen-dosen yang sangat suportif juga turut berperan. Dukungan dari lingkungan sekitar tentunya membuat proses belajar dan riset jadi lebih lancar dan menyenangkan.
3. Menyelami Tantangan Tesis Matematika dengan Prinsip “Sedikit tapi Rutin”
Menyusun tesis di bidang Matematika punya tantangan tersendiri, lho. Berbeda dengan bidang lain yang mungkin banyak melibatkan eksperimen di laboratorium, penelitian matematika lebih fokus pada riset berbasis teori dan komputasi. Ini berarti butuh ide-ide segar dan konsistensi dalam berpikir.
Felicia berpegang teguh pada prinsip “sedikit tapi rutin”. Setiap hari, ia menyisihkan waktu khusus untuk menulis atau mengembangkan ide tesisnya. Ini penting banget, karena kalau ide sedang buntu, bisa-bisa mandek dan menghambat progress. “Kalau di matematika itu kan tidak ada penelitian laboratorium seperti di bidang lain. Jadi kalau tidak dapat ide, bisa mandek. Tapi kalau setiap hari dikerjakan sedikit demi sedikit, pasti akan muncul ide baru,” jelasnya.
4. Tetap Aktif Tanpa Mengorbankan Studi
Meskipun punya jadwal kuliah dan riset yang padat, Felicia gak cuma jadi kutu buku, lho! Ia tetap aktif di berbagai kegiatan kampus. Beberapa kali ia menjadi panitia kegiatan ilmiah, bahkan menjadi presenter dalam seminar dan konferensi di fakultasnya. Ini menunjukkan bahwa kesuksesaya bukan berarti ia mengorbankan kehidupan sosial atau pengalaman berorganisasi.
Kuncinya ada pada disiplin dan manajemen waktu yang super baik. Felicia belajar mengatur prioritas agar kegiatan di luar kampus tidak mengganggu fokus utamanya pada studi S2-nya. Keseimbangan ini yang membuatnya bisa berprestasi akademik sekaligus mengembangkan diri di berbagai bidang.
5. Motivasi Kuat: Mengejar Impian Menjadi Dosen
Di balik semua kegigihan Felicia, ada satu motivasi besar yang jadi pendorong utamanya: impian menjadi dosen. Sejak SMA, ia sudah suka banget mengajar dan membantu teman-temaya memahami pelajaran matematika. Bakat dan potensi ini pun sudah dilihat oleh orang tuanya, yang mendukung penuh cita-citanya.
Program PMDSU menjadi jalan yang sangat ideal bagi Felicia untuk mewujudkan mimpinya itu. Dengan adanya kesempatan beasiswa yang jarang dibuka dan memungkinkan untuk lanjut S3, peluangnya menjadi dosen pun jadi lebih besar. “Biasanya untuk menjadi dosen kan diminta lanjut S3, kebetulan programnya terbuka S2 sampai lanjut S3, sehingga peluang untuk jadi dosen lebih besar,” ucapnya.
Kesimpulan
Kisah Felicia Servina Djuang ini mengajarkan kita banyak hal. Lulus S2 dalam waktu super singkat bukan cuma soal pintar, tapi juga kombinasi dari berbagai faktor: memanfaatkan peluang beasiswa seperti PMDSU, memiliki strategi belajar yang efisien dan disiplin sejak awal, konsisten dalam mengerjakan tesis dengan prinsip “sedikit tapi rutin”, mampu menyeimbangkan kegiataon-akademik, dan yang paling penting, punya motivasi serta tujuan yang kuat.
Semoga kisah inspiratif Felicia ini bisa jadi penyemangat buat kita semua, terutama para mahasiswa yang sedang berjuang menempuh pendidikan. Dengan perencanaan matang, ketekunan, dan semangat juang, bukan tidak mungkin kita bisa meraih prestasi luar biasa seperti Felicia!
