
Yakin Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Begini Matematikanya
Sejarah baru tercipta di sepak bola Indonesia setelah tahun 1986 menunggu giliran untuk masuk kualifikasi Piala Dunia. Prestasi ini diraih saat Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih kepala asal Korea Selatan, Shin Tae-yong. Namun tongkat estafet yang lebih akrab disapa Coach Shin itu harus berganti kepada Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia yang baru. Sejak pemecatan Shin Tae-yong pada 6 Januari 2025 lalu, PSSI dengan cepat memperkenalkan sosok Patrick Kluivert kepada khalayak publik.
Saat ini Skuad Garuda bersama pelatih Patrick Kluivert menyisakan 4 pertandingan dengan Indonesia berada di posisi ketiga dalam pertandingan terakhir melawan Arab Saudi dan meraih perolehan 6 poin. Dengan ini Indonesia masih memiliki peluang untuk lolos otomatis ke putaran final Piala Dunia 2026 atau melanjutkan perjuangan di ronde 4. Dengan melihat statistik permainan Indonesia bersama Shin Tae-yong, apakah Indonesia memiliki peluang besar di kualifikasi Piala Dunia 2026?
Sepak bola tidak hanya tentang keterampilan bermain, namun juga melibatkan banyak aspek matematika untuk meningkatkan performa tim. Dengan menganalisis statistik pemain, strategi permainan, probabilitas gol, hingga analisis formasi, semua ini menggunakan konsep matematika. Berikut beberapa penerapan matematika untuk melihat peluang Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2026:
1. Statistik Pemain dan Tim
Sebelum bertanding melawan suatu tim, statistik atau head to head kedua tim perlu dianalisis oleh tim pelatih untuk melihat peluang kemenangan dalam pertandingan. Hal ini biasanya juga ditampilkan pada siaran saat detik-detik pertandingan dimulai. Setiap pertandingan sepak bola dianalisis menggunakan statistik seperti: penguasaan bola (% possession), akurasi passing (pass accuracy), jumlah tembakan tepat sasaran (shots on target), persentase penyelamatan kiper (save percentage), dan rasio kemenangan tim (winning ratio).
Tim pelatih juga dapat menganalisis kemungkinan akurasi passing yang terjadi, semakin tinggi akurasi passing, semakin baik kontrol permainan yang dimiliki tim dan lebih berpeluang banyak untuk mencetak gol.

sumber: Goodstats
Contoh perhitungan akurasi yang dapat dilakukan:
Jika Timnas Indonesia melakukan 500 operan dalam satu pertandingan dan 400 di antaranya sukses, maka akurasi passingnya adalah:
Akurasi Passing = (Operan sukses/Total operan) × 100%
= (400/500) × 100% =80%
2. Probabilitas Peluang Gol (Expected Goals – xG)
Konsep Expected Goals (xG) digunakan untuk menghitung seberapa besar peluang Timnas Indonesia mencetak gol berdasarkan posisi tembakan dan situasi permainan.
Jika tim pelatih menganalisis bahwa dalam 10 tembakan, peluang rata-rata mencetak gol adalah 30%, maka probabilitas mencetak setidaknya 1 gol adalah:
P (tidak mencetak gol) = (1−0.3)10 = (0.7)10 ≈0.028
P (mencetak gol) =1−0.028 =97.2%
Artinya, dalam 10 tembakan dengan peluang 30%, Timnas Indonesia hampir pasti mencetak gol.
3. Kecepatan dan Jarak Tempuh Pemain
Beberapa pemain di timnas Indonesia memiliki kecepatan berlari dan penguasaan bola yang baik seperti Ragnar Oratmangoen yang dimanfaatkan untuk menyerang sisi lawan. Dan pemain seperti Pratama Arhan yang juga sering melakukan sprint di sayap. Dengan ini tim pelatih dapat menghitung kecepatan rata-rata para pemain untuk menerapkan strategi serangan balik cepat.
Jika Ragnar berlari 50 meter dalam 6 detik, maka kecepatan rata-ratanya adalah:
v=d/t
= 50/6 =8.33 m/s atau sekitar 30 km/jam
4. Pola Formasi dan Geometri Lapangan
Sebelum pertandingan dimulai selain menampilkan statistik kedua tim, saat siaran langsung juga memperlihatkan formasi yang diterapkan pada masing-masing pelatih. Timnas Indonesia sering menggunakan formasi 4-3-3 atau 3-4-3, yang melibatkan konsep geometri dan distribusi ruang di lapangan. Dalam formasi 4-3-3, tiga gelandang membentuk segitiga passing, yang membuat bola lebih mudah mengalir dan menghindari tekanan lawan.
Jika jarak antar pemain rata-rata 10 meter, maka luas segitiga passing bisa dihitung dengan:
L=½×a×b×sinC
Misalnya, dengan sudut antar pemain 60°:
L=½×10×10×sin60°
L≈1/2×10×10×0.866=43.3 m2
Semakin luas segitiga passing, semakin efektif permainan bola pendek yang bisa dilakukan.
5. Perhitungan Poin di Kualifikasi dan Turnamen
Beberapa turnamen menerapkan penjumlahan poin untuk mengklasifikasi posisi juara, salah satunya pada kualifikasi Piala Dunia 2026. Poin dihitung berdasarkan:
- Menang = +3 poin
- Seri = +1 poin
- Kalah = 0 poin
Sebelum bertanding tim pelatih dapat menghitung kemungkinan poin yang dihasilkan untuk pertandingan selanjutnya. Semakin tinggi kemungkinan poin yang diraih, semakin besar peluang untuk lolos pada tahap berikutnya.
Misalnya, jika Timnas Indonesia bermain 6 laga, dengan hasil 3 menang, 2 seri, dan 1 kalah, maka jumlah poinnya adalah:
(3×3) + (2×1) + (1×0) =9+2+0= 11 poin
Meskipun di atas kertas, perhitungan matematika sangat berperan penting dalam menganalisis tim dan melihat lawan. Namun pada akhirnya semua tetap bergantung pada performa yang diterapkan dalam permainan yang terjadi di lapangan. Termasuk peran kepala pelatih yang menahkodai tim besar dan memiliki tanggung jawab untuk mengharumkan nama bangsa. Dengan saat ini Timnas Indonesia dibawah asuhan Patrick Kluivert mungkin akan menerapkan strategi yang berbeda dengan Shin Tae-yong, maka boleh jadi perhitungan matematika yang dilakukan bisa lebih baik agar Indonesia memiliki peluang besar untuk lolos Piala Dunia 2026.
Mari terus berharap dan berdoa semoga di bawah kepemimpinan Patrick Kluivert Timnas Indonesia dapat meningkatkan strategi dan performanya di kompetisi Internasional!
Penulis: Asri Oktaviana Ningrum